Selamat Datang di Blog Area

Selamat menelusuri yang anda cari. Silahkan tinggalkan komentar dan kunjungi kembali. Silahkan berbagi tulisan dan pemikiran. Terimakasih. Regards

06/12/11

CINTAKU SAHABATKU



Yang ku tahu, dia adalah salah seorang teman satu kelasku. Sejak satu minggu lalu lebih tepatnya lagi dia aku bilang sebagai teman curhatku. Aku memang dekat dengannya, tapi itu melewati dunia maya. Sepekan terakhir dia sering memintaku membantu menyelesaikan masalahnya. Sama seperti yang aku lakukan malam ini.bersabar mendengarkan satu persatu kata – katanya yang mungkin terkadang di selingi amarah yang mau tidak mau harus aku juga yang memendamnya.
                Jari – jari ku menari di atas tatanan keypad handphoneku. Satu persatu kalimat kusampikan agar dia mau mengerti alasanku saat ini. Alasan mengapa malam ini menjadi malam malam terakhirku menanggapinya. Sejak anak – anak satu kelasku tahu kedekatanku dengannya, muncul masalah baru yang tentu merusak rasa nyamanku selama sepekan ini.
                Siang itu, kulihat sorot matanya begitu merasa bersalah.
                Aku tahu. Mungkin dia masih merasa asing dengan kedekatan kami di sekolah. Aku diam saja. Aku enggan menanggapi tingkah polahnya. Dia sudah banyak bercerita tentang pacarnya, tentang bnyak hal yang membuat aku bingung kenapa hal – hal pribadi seperti itu bias bebas dia ceritakan pada orang baru sepertiku. Dia terlalu ceroboh dalam memutuskan hal seserius ini. Apa dia mungkin memercayaiku? Ah..rasanya terlalu berkhayal.
                ‘’ Ayo Ren, pulang ‘’
                Aku terkejut,  sadar dari lamunanku yang mengunci ingatanku dalam imajinasi. Karena sejak beberapa menit lalu aku tahu dia tida akan pernah lagi menghubungiku. Bahkan sekedar untuk mengucapkan ‘’selamat malam’’.
                Aku berbaring di tempat tidurku. Mengingat satu persatukata yang pernah dia ucapkan. Mengingat betapa sudah dekatnya kami selama ini.
                ‘’ Gue lihat beberapa hari ini lo ngelamun terus ‘’ Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Kusuma. Tersenyum melempar pandang ke satu titik yang sudah berhari – hari ini hilang dari hari – hariku.
                Kali ini aku dengar kata yang berbeda darinya, kata – kata yang sangat membuatku merasa hantaman keras mengenai hatiku. Mencabik – mencabik dan merobek – robek bagian paling penting dariku.
                ‘’ Gue udah punya pacar. Ini pacar gue ‘’ Tak peduli apa yang membuatku merasa begitu sakit. Yang aku tahu selama ini hatiku sudah mati, aku tidak punya lagi perasaan seperti sekarang ini. Leleah, letih, perih. Hanya satu yang sebenarnya ingin ku lakukan : berteriak.
                ‘’ Yang sabar ya Ren. Tega – teganya Rendra berkhianat gitu sama lo ‘’ Teman – temanku yang lain menggodaikku dengan sindiran – sindiran lembut mereka. ‘’ Apa – apaan sih kalian. Rena juga punya pacar kali ‘’ Kusuma membelaku mati – matian. Edangkan aku Cuma bias mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyum yang kecut dan palsu.
                Semenit setelah itu, semua beranjak pergi dari tempatnya masing – masing. Dia, aku, teman – temanku dan juga satu kata yang membuatku ragu ‘’ perasaanku ‘’.
                Sejak itu, semua hilang, Rendra. Hilang dari sudut kenyataan hatiku yang tak lelah mencari. Kulihat ada beribu kupu – kupu menari di atas anganku. Menari – nari menyanyikan nada – nada. Aku sadar, ada perasaan rindu yang perlahanmenabuh hati kecilku. Ah, Rendra, seandainya kau tahu.
                Raganya duduk di jajaran bangku kelasku. Tapi jiwanya, aku tahu jiwanya entah ada dimana. Aku memendangimu yang serius mengikuti materi, mencatat satu persatu kata, mengerutkan jidat saat ada yang tak kau mengerti. Kau takbisa membuat mataku berpaling dari pandangan untukmu. Dalam etiap goresan karyaku yang melukiskan wajahmu dalam kanvas hatiku. Melukisnya bersama sketsa – sketsa lembut perasaan yang perlahan menginginkanmu.
                ‘’ Andai kau mendengarka apa yang hatiku sampaikan, Rendra ‘’ Langit hati ini kelabu. Liburan akhir semester menjemputku. Mendatangkan kenyataan bahwa aku tidak akan lagi bias mengukir setiap senuymmua di atas perasaan lukaku.
                Satu bulan berlalu sejak libur semester. Sejak awal semester baru ini, tak sedikitpun aku sempat melihat goresan lembut senyumanmu. Dua, tiga bahkan empat bulan sejak kata – kata itu kuluncurkan, sama sekali belum ada sapa. Sampai akhirnya dia menyapaku lagi, disaat dinding – dinding ini nyaris ambruk terkikis kerinduan.
                ‘’ Besok pagi aku sudah harus berangkat prakerin Ren. Eh… mmmmm. Rena besok berangkat ke sekolah kan? ‘’
Aku hanya bias mengangguk. Ini pesan dari peri, ini satu hal yang membuat aku nyata terlihat begitu berubah menjlma menjadi satu titik yang berbeda.
                ‘’ Eh.. emmm. La besok kamu ke sekolah dulu kan sebelum berangkat ke Jogja?’’
                Aku gugup. Aku begitu leluasa mengatakannya. Aku takut dia menjawab berbeda dengan apa yang aku inginkan.
                ‘’ Iya Ren. Besok aku ke sekolah dulu ‘’
                Senyum dan tubuhmu sudah beranjak. Meninggalkanku dalam sepi yang perlahan memagut sunyi. Namun bahagiaku masih belum bisa ku buang dari lamunanku. Rendra. . . ada sesuatu yang harusnya kau tahu sebenarnya!
                Kau pergi lagi, Rendra. Sudah kuduga. Tak kutahuharus menemuimu dimana. Kau menjauh dari pandanganku bagaikan sudut yang semakin lama semakin meruncing, hilang.
                Hampir satu bulan sudah kau pergi, Rendra. Taukah hari ini juga aku akan menyusulmu? Menemui satu rahasia yang selama ini membuat pelupuk mataku membengkak di pagi hari sebangunku dari tidur.
                ‘’ Akhirnya sampai juga di Jogja Ren. Buruan dong telfon anak – anak. Siapa kek, yang penting bisa jemput kita ‘’ Devi menyadarkanku dari ingatan panjangku tentang senyummu, Rendra.
                Beberapa jam berselang. Kulihat dari kejauhan, itu sosokya. Akutertegun. Dua yang menjemput, tentu saja bukan untuk aku tapi teman – temanku.
                ‘’ Capek Ren? ‘’
                Kau menanyaiku? Ajaib, apa yang harus aku jawab? Iya, eh.. engga. Bantu aku dengan keindahanmu.
                ‘’ Tidak ‘’
                Aku tidak akan pernah merasa capek untukmu, apalagi saat ini aku melihat ragamu di hadapanku. Sekalipu aku capek pasti sudah terobati dengan senyuman polosmu itu.
                Aku menunggu kau bicara. Berharap apapun yang akan kau katakana bukanlah tikaman yang akan membunuh penantianku. Kau mendekat perlahan, membuat semua aliran darahku terhenti.
                ‘’ Aku sayang kamu Ren ‘’
                Dug! Aku dengar itu, Rendra. Benarkah apa yang aku dengar? Bukan mimpi?
                ‘’ Rena, aku sebenernya selama ini saying sama kamu. Be my Love?! ‘’
                Kau ulangi lagi. Kali ini aku lebih mendengarnya dengan jelas. Kau mau aku jadi pacarmu? Aku gila. Tapiaku mau dan aku cintai sahabatku yang polos ini.

Tidak ada komentar: